Kamis, 09 Mei 2013

Petir Besar di Depan Kita

Ciledug 1969.
Hari sabtu sore sekitar jam 15.30 kita mau refresing ke pasar sudimara, Bapak, Ibu, Iwan, tompel dan si pendek, kita bertiga buru-buru brgegas, agak gampang untuk gerak cepat karena rumah kontrakan kita kecil cuma kamar tidur satu, ruang tamu 3 x 4 mtr dapur disitu ya kamar mandi di situ juga, pass 15.30 kita berlima siap berjalan sama-sama, kecuali si pendek sekali-kali digendong biar ngga ketinggalan, udara yang semula terang berubah agak
gelap langit tertutup awan, sampai lapangan belakang  kantor RBC 121 kilat mulai saling menyambar tetapi suaranya tidak berisik, sambil sekali-sekali melihat ke atas rombongan bergeerak terus, perasaan masih senang-senang saja, begitu tepat di kanan lapangan  kantor RBC 121 pada jarak 3 meter terjadi ledakan petir yang keras sekali dan sinar besar menghujam ketanah lapang di depan kami, pada jarak hanya 3 meter, kontan terkejut semua dan geakan terhenti, semua berdebar ketakutan dan sore itu mendadak mulai gelap "Ibu, Iwan ngeliat ngga.." tanya Bapak, serentak menjawab "Yaa Gede banget" dan kelihatan rumput bekas petir kering dan menghitam.
Ibu memutuskan untuk pulang aja, semua setuju pulang aja, hurjan rintik-rintik disertai petir menyambar kesana-kemari membuat suasana semakin menakutkan, si pendek digendong Bapak dan langkah kita otomatis jadi panjang supaya cepat sampai dirumah, sepanjang jalan setengah lari berlima terdiam semua tidak ada cerita, tanya atau komentar sama sekali, cuma Bapak sekali-sekali mengingatkan untuk menghindar jalan tanah yang licin karena air, akhirnya sampai dirumah baru kita ngomongin pengalaman melihat petir, Bapak bilang sebesar si pendek bulatannya, si tompel bilang segede drum, Ibu bilaang sebesar pohon kelapa, bayangin ngga ada yang kecil, gede semua jelas dan terang pada jarak 3 meter saja.
Sejak saat itu ada perubahan yang baru disadari sekarang, si tompel makan cuma mau pake kecap dan dihisap terus, iwan makan ngga pernah mau pake sayur hingga dipaksa suntik B12 dan B complex setiap minggu dan si pendek sering demam, ngga lama setelah peristiwa tersebut bapak pergi ke salatiga ada berita Mbah Kusmen sakit, jika dihubungkan lagi maka petir besar mengandung listrik dengan satuan kekuatan disebut  KWH atau Kilo Watt Hour yang inisial itu sama dengan Mbah yaitu Kusmen Wiryo Handoyo jadi KWH, kebeneran sejatinya mungkin hanya Tuhan yang tahu, Tetapi di hari tuanya ternyata Bapak sakit jantung, Iwan juga sakit jantung.
Memory ini diingat terus oleh Bapak, Ibu dan Iwan karena yang lain tidak tahu maka artikel ini membantu menambah informasi orang tua dimasa lalu.

0 komentar:

Posting Komentar

Mari turut mensukseskan budaya berkomentar yang baik, silahkan berkomentar secara bijak, setia dengan topik dan thema yang sobat baca, tanpa keraguan serta tanpa kesombongan.

 
Design by Free WordPress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Themes | Best WordPress Themes