Hartati Maimuna (Alm). |
Rumah kontrakan tepian danau itu letaknya agak tinggi ada 4 anak tangga di depannya, jarak ke danau hanya sekitar 500 mtr, seandainya kebun singkong dan hanjuang di pangkas total maka dari rumah bisa langsung memandang ke danau.
Pagi itu hari libur warga Rw melakukan liburan hemat dengan duduk gelar tikar sambil makan di depan halaman, udara cerah, sinar matahari agak redup dan angin bertiup kencang, sekitar kita memang lapangan terbuka sampai ke arah pamulang.
Ibu sedang hamil besar sekitar 7 bulan lebih, menurut info bidan anaknya bakal kembar, memang gendutnya agak berbeda dari sebelumnya, besar dan ibu kurus kering, ngidamnya cuma makan puntung tembakau gudang garam kretek merah, dibongkar lalu biji tembakaunya dimakan, nah sekitar jam 9 pagi hari itu Ibu keluar rumah dan berdiri dekat tangga menyapa teman-teman yang ada dilapangan, pass berdiri berhembus angin kencang dan Ibu terjatuh ke arah depan, semua orang menyaksikan proses jatuhnya Ibu dan mendadak teriakan penonton menggema karena bersamaan dan suara teriakannya macam-macam apalagi ada 3 tetangga yang super latah, segera warga menolong Ibu berdiri dan menggotong ke dalam rumah, Tante marnoto memanggil tukang urut dan maksa Ibu untuk di urut, ternyata kandungannya aman dan Ibu hanya kesakitan ambil ngomel-ngomel terus di ingatkan kembali tentang Wasiat orang Tua lalu tenang kembali.
Pada bulan november lahirlah si kembar, satu Rw gempar pengen lihat anak kembar, penonton banyak tetapi rumah sempit terpaksa sikembar di jejer di meja tamu lalu kita letakkan di luar, penonton puas lihat si kembar si tenong persis tukang beca nggenjot terus ngga sampe-sampe, si tebok diam terus dan banyak molor memang nampak lebih tembem, terdapat tanda tahi lalat untuk membedakan si kembar, proses mandi pagi lalu di jemur berjalan cukup lama sampai 2 bulan lebih dan lucunya penonton ada terus, jika di pasang tiket nonton lumayan bisa untuk tambahan.
Pada bulan november lahirlah si kembar, satu Rw gempar pengen lihat anak kembar, penonton banyak tetapi rumah sempit terpaksa sikembar di jejer di meja tamu lalu kita letakkan di luar, penonton puas lihat si kembar si tenong persis tukang beca nggenjot terus ngga sampe-sampe, si tebok diam terus dan banyak molor memang nampak lebih tembem, terdapat tanda tahi lalat untuk membedakan si kembar, proses mandi pagi lalu di jemur berjalan cukup lama sampai 2 bulan lebih dan lucunya penonton ada terus, jika di pasang tiket nonton lumayan bisa untuk tambahan.
0 komentar:
Posting Komentar
Mari turut mensukseskan budaya berkomentar yang baik, silahkan berkomentar secara bijak, setia dengan topik dan thema yang sobat baca, tanpa keraguan serta tanpa kesombongan.